Selasa, April 01, 2008

tikel Terkait:
Ekoturisme: Keliling Dunia dengan Pikiran Membumi
Selasa, 1 April 2008 22:26 WIB
PONTIANAK, SELASA - Rencana aksi untuk menindaklanjuti kesepakatan tiga negara, Indonesia-Malaysia-Brunei Darussalam, tentang pengelolaan kawasan hutan seluas 22 juta hektar di ‘jantung’ Kalimantan (Heart of Borneo-HoB), akan dibahas dalam pertemuan Trilateral Kedua HoB (The 2nd HoB Trilateral Meeting), Selasa-Minggu (1-6/4), di Pontianak.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat sebagai salah satu anggota delegasi dari Indonesia, berupaya mendorong pengembangan pariwisata berbasis lingkungan atau ecoturism untuk mewujudkan HoB menjadi kawasan konservasi yang mendatangkan kesejahteraan bagi penduduk setempat.
“Pengelolaan sinergis HoB diharapkan dapat memberikan manfaat sosial ekonomi bagi masyarakat yang menghuni kawasan itu. Aspek pelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat diharapkan bisa berjalan paralel, salah satunya dengan mendorong pengembangan ecoturism,” kata Kepala Badan Perencanaan Daerah Kalbar Fathan A Rasyid, Selasa (1/4).
Komitmen tiga negara untuk melestarikan dan mengelola hutan yang menjadi salah satu pusat biodiversitas dunia di Pulau Kalimantan dalam HoB, dideklarasikan di Bali pada Februari 2007. Kawasan yang tercakup dalam HoB meliputi Indonesia (sebagian Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur-57,1 persen, Malaysia (Sabah dan Sarawak-42,3 persen), dan Brunei Darussalam (0,6 persen).
Menurut Fathan, pengembangan ecoturism menjadi pilihan pengelolaan yang akan diusulkan Kalbar, mengingat potensi alam di kawasan itu cukup besar dan sulit dijumpai di belahan dunia lainnya. Di Kalbar sendiri yang sekitar 4 juta hektar wilayahnya masuk dalam HoB, memiliki potensi ecoturism Taman Nasional Danau Sentarum dan Taman Nasional Betung Kerihun yang layak dipromosikan ke seluruh dunia.
“Pengembangan ecoturism ini sekaligus mendukung program pemerintah pusat Visit Indonesia Year 2008,” katanya. Peluang pengembangan ecoturism yang menyedot wisatawan mancanegara, khususnya ke Kalbar, didukung dengan pemberian fasilitas visa on arrival-Voa di Bandara Supadio Pontianak dan Pos Pemeriksaan Lintas Batas (PPLB) Entikong.
Fasilitas ini diberikan melalui surat keputusan Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi dan Pariwisata, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, pada 9 Maret 2008. Pertemuan tiga negara di Pontianak kali ini akan diikuti 220 peserta. Pertemuan yang berlangsung di Hotel Grand Mahkota ini dibuka secara resmi pada Jumat (4/4).

Tidak ada komentar: